I. PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak
hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes
objektif.
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam
dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut
merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana
pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi
penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian
merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan
pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes
dan hal ini yang paling banyak digunakan.
Seorang pendidik harus dapat mana yang termasuk kegiatan evaluasi hasil
belajar dan mana yang termasuk kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi
hasil belajar menekankan pada informasi tentang sejauh mana hasil
evaluasi yang dicapai oleh siswa sesuain dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan kegiatan
pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara optimal.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Pengertian Evaluasi Pembelajaran?
B. Apa Saja Jenis dan Bentuk Evaluasi Pembelajaran?
C. Apa Saja Macam-macam Instrumen Evaluasi Pembelajaran?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Menurut William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques
of Organization and Management mengemukakan bahwa Perencanaan adalah
menentukan apa yang dilakukan. Perencanaan adalah menentukan apa yang
akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang
luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan,
penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan
penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.[1]
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah
tercapai. Sedangkan evaluasi menurut Cronbach dan Stufflebeam
menambahkan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana
tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.[2]
Sedangkan menurut Norman E.Gronlund evaluasi pembelajaran adalah suatu
proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai
sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.[3]
Seorang pendidik harus dapat mana yang termasuk kegiatan evaluasi hasil
belajar dan mana yang termasuk kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi
hasil belajar menekankan pada informasi tentang sejauh mana hasil
evaluasi yang dicapai oleh siswa sesuain dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan kegiatan
pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara optimal. Dengan demikian, evaluasi hasil belajar akan menetapkan
baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran. Sementara evaluasi
pembelajaran akan menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan
pembelajaran.[4]
B. Mengidentifikasi Jenis dan Bentuk Evaluasi Pembelajaran
1. Jenis evaluasi pembelajaran
Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi, ruang lingkup, dan sistem
pembelajaran, maka pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu program.
Artinya, evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi
program, bukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar hanya
merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu program,
evaluasi pembelajaran dibagi menjadi lima jenis yaitu:
a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan yaitu hasil evaluasi ini
sangat diperlukan untuk mendesain program pembelajaran. Sasaran utamanya
adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyususnan program
pembelajaran.
b. Evaluasi monitoring yaitu evaluasi ini untuk memeriksa apakah
program pembelajaran mencapai sasran secara efektif dan program
pembelajran terlaksanan sebagaimana mestinya yang hasilnya untuk
mengetahui kemungkinan pemborosan sumber-sumber dan waktu pelaksanaan
pembelajaran.
c. Evaluasi dampak yaitu evaluasi ini untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran yang dapat diukur
berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator tercapainya tujuan
pembelajaran.
d. Evaluasi efisiensi ekonomis yaitu evaluasin ini untuk menilai
tingkat efisiensi pelaksanaan program pembelajaran sehingga perbandingan
antara jumlah biaya tenaga dan waktu yang diperlukan dalam program
pembelajaran dengan prpgram laiannya memiliki tujuan yang sama.
e. Evaluasi program komprehensif yaitu evaluasi ini untuk menilai
program pembelajaran secara menyeluruh seperti perencanaan program,
pelaksanaan program, monitoring pelaksanaan, dampak program, tingkat
keefektifan dan efisiensi.[5]
2. Bentuk evaluasi pembelajaran
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok
bahasan/topic, dan di maksudkan untuk mengetahui sejauh manakah proses
pembelajaran telah berjalan sebagaimna yang direncanakan.
Winkel menyatakan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama
proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi mengenai kemajuan yang telah di capai
smer menyatakan evaluasi formatif adalah untuk mengontrol sampai sejauh
mana siswa menguasai materi yang di ajarkan pada pokok pembahasan
tersebut.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu
satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat
berpindah dari satu unit ke unit yang berikutnya.
c. Evaluasi Diagnostic
Evaluasi diagnostic adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui
kelebihan-kelebihan dan kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat di
berikan perlakuan yang tepat.[6]
C. Menjelaskan Macam-macam Instrumen Evaluasi Pembelajaran
Macam-macam intrumen evaluasi pembelajaran:
1. Evaluasi tes
Sebagai alat pengukur, alat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau
golongan, tegantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan
tes itu dilakukan.
Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur
perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, dibadakan menjadi enam
golongan, yaitu:
a. Tes seleksi
Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana
hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang yang
tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Tes
seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, dengan tes perbuatan ,
dan dapat pula dilaksanakan dengan mengkombinasikan ketiga jenis tes
tersebut secara serempak.
b. Tes awal
sering dikenal dengan istilah free tes, tes ini dilaksanakan untuk
mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan
telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Isi atau materi tes awal pada
umumnya ditekankan pad abahan-bahan penting yang seharusnya sudah
diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran diberikan
kepada mereka.
c. Tes akhir
sering dikenal dengan post test . Tes ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting
sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik, dan
biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan tes awal.
d. Tes diagnostik
Tes ini dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang
dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditentukan pada
bahan-bahan tertentu yang biasanya sulit dipahami siswa. Tes ini dapat
dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan dan kombinasi dari
ketiganya.
e. Tes formatif
sering dikenal dengan ulangan harian . yang bertujuan untuk mengetahui,
sudah sejauh manakah peserta didik telah terbentuk (sesuai dengan
tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
f. tes sumatif
sering dikenal dengan istilah “Ulangan Umum” atau “Evaluasi belajar
Tahap Akhir (EBTA)”. Tes ini adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan
setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. [7]
2. Evaluasi non tes
a. Wawancara ( Interview )
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui komunikasi
langsung(tatap muka) antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak
yang ditanya atau penjawab (interviewee).[8]
Secara umum, yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan
keterangan yang dikakukan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan.
b. Pengamatan (Observation )
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif dan rasional terhadap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sebagai sasaran pengamatan.[9] Alat yang digunakan dalam
observasi disebut pedoman observasi.
Cara atau metode tersebut pada umumnya ditandai oleh pengamatan tentang
apa yang benar-benar dilakukan oleh individu, dan membuat
pencatan-pencatan secara objektif mengenai apa yang diamati.
Cara atau metode tersebut dapat juga dilakukan dengna menggunakan teknik
dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko, checklist, atau daftar
isian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian, secara garis
besar teknik observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: observasi yang
direncanakan atau terkontrol dan observasi informal atau tidak
direncanakan lebih dahulu. [10]
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar,
berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga
dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana
kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik,
hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya.
c. Angket ( Questionnare )
Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian
hasil belajar. Berbeda dengan wawancara, dimana penilai (evaluator)
berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau
dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data
sebagai bahan penilai hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu
dan tenaga. Hanya saja, jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya.[11]
Data yang dapat dihimpun melalui kuesioner, misalnya adalah data yang
berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta
didik dalam proses pembelajaran, cara belajar, fasilitas belajar,
bimbingan belajar, motivasi dan minat belajar, sikap belajarnya, sikap
terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap mata
pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan
sikap mereka terhadap guru.
Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia
dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda (mutiple choice item) dan
dapat pula berbentuk skala sikap. Skala yang mengukur sikap, sangat
terkenal dan sering digunakan untuk mengungkap sikap peserta didik
adalah skala likert.[12]
Kuesioner sebagai alat evaluasi juga sangat berguna untuk mengungkap
latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik sendiri,
dimana data yang telah diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat
akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang
menyangkut dari peserta didik.[13]
d. Study Kasus ( Case Study )
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara
terus menerus untuk melihat perkembangannya.[14] Misalnya peserta didik
yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau
kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti
dalam studi kasus, yaitu:
1) Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2) Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3) Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian.
Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif
tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan
mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi
kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu
alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara
secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang
kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan,
perkembangan kesehatan, dan sebagainya.[15]
e. Pemeriksaan Dokumen ( Documentary Analysis )
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau
diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen,
misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto
biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan,
agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya.
Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta
didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang
memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah,
ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya.
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan
lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat
diperlukan sebagai bahan pelengkapbagi pendidik dalam melakukan evaluasi
hasil belajar terhadap peserta didiknya.[16]
[1]Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009) hlm. 15-16.
[2]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal.3
[3]Ngalim Purwanto, Prinsip- Prinsip dan Teknologi Pengajaran,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal.3
[4] Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, ( Jakarta: CV. Misaka Galiza, 2003), hlm. 147-148.
[5]Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: PT remaja rosdakarya, 2011)hlm.33.
[6]http://hermon87.blogspot.com/2011/06/teknik-evaluasi-bentuk-dan-jenisnya.html.
[7] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 68-71
[8] Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 194.
[9] Djudju Sudjana, Evaluasi Program...,hlm. 76
[10] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 149.
[11] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi ..., hlm. 84
[12] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi...,hlm. 85
[13] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi...,hlm. 88
[14] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 223
[15] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran...,hlm. 168-169
[16] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi...,hlm. 90