BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam studi psikologi perkembangan
kontemporer atau yang lebih dikenal dengan istilah perkembangan rentang hidup (life-span
development), wilayah pembahasanya tidak hanya perubahan perkembangan masa
anak-anak dan remaja saja tetapi juga menjangkau perkembangan masa dewasa,
menjadi tua hingga meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena perkembangan itu
tidak berakhir dengan kematangan fisik saja tetapi perkembangan merupakan
proses kesinambungan dari masa konsepsi hingga menjadi tua. Perubahan-perubahan
badaniyah yang terjadi sepanjang hidup mempengaruhi sikap, proses kognitif, dan
perilaku individu. Hal ini berarti masalah yang harus diatasi juga mengalami
perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.
Seperti halnya dengan remaja, untuk
merumuskan sebuah definisi tentang kedewasaan tidaklah mudah. Hal ini karena
setiap kebudayaan berbeda-beda dalam menentukan kapan seseorang mencapai status
dewasa secara formal. Namun pada umumnya
para psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan
berlangsung hingga usia 40-45 tahun, dan pertengahan masa dewasa sekitar usia
40-45 tahun dan berahkhir sekitar 65 tahun, hingga masa dewasa akhir atau masa
tua dari 65 sampai meninggal dunia.
Berikut ini akan diuraikan beberapa
aspek perkembangan yang terjadi selama masa dewasa akhir atau lanjut usia yang
meliputi tugas perkembangan masa dewasa akhir , penyesuaian diri terhadap perubahan fisik, perubahan kemampuan mental,
perubahan minat.[1]
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
saja tugas perkembangan masa dewasa akhir?
2. Bagaimana bentuk penyesuaian diri
terhadap perubahan fisik pada masa lansia?
3.
Bagaimana perubahan kemampuan mental pada masa lansia?
4.
Bagaimana
perubahan minat pada masa lansia?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tugas Perkembangan pada Masa Lanjut Usia
Orang tua dalah periode penutup dalam
rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak
jauh” dri periode terdahulu yang lebih menyenangkan , atau beranjak dari waktu
yang penuh dengan manfaat. [2]
Gambaran tugas-tugas perkembangan masa dewasa lanjut menurut Havighurst:
1.
Penyesuaian
terhadap kekuatan fisik yang menurun
2.
Menyesuaikan
diri dengan kematian teman hidup, menemukan relasi dengan teman kelompok sebaya
3.
kewajiban-kewajiban
sosial dan warga negara
4.
Penyesuaian
dengan gaji yang berkurang dan keadaan pensiun
5.
Merealisasikan
keadaan hidup fisik yang sesuai.[3]
B. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan
Fisik
1. Sistem Saraf
Penuaan
sistem saraf pusat memengaruhi banyak sekali aktivitas kompleks. Sekalipun
bobot otak berkurang selama masa dewasa, penelitian pencitraan otak dan otopsi
terhadap mayat mengungkapkan bahwa kemunduran itu menjadi lebih besar sejak
usia enam puluhan dan mencapai 5 hingga 10 persen di usia 80 tahun, karena
kematian neuron dan pembesaran ventrikel (rongga) dalam otak (vintres,2001).
Kehilangan
neuron terjadi di seluruh bagian korteks otak, dengan penyusutan lebih besar
pada cuping depan dan korpus kolosum. Otak kecil juga mengalami kehilangan
neuron. Akan tetapi, otak mengimbanginya dengan membentuk sinapsis baru dan
dalam beberapa hal, mengahsilkan neuron baru. Sistem saraf otonom kurang berfungsi
baik di usia lanjut dan lebih banyak melepaskan hormon stres.[4]
2.
Sistem sensoris
· Penglihatan
Di
masa dewasa akhir penglihatan semakin menurun . kornea (selaput bening
mata menjadi lebih tembus cahaya, yang
mengaburkan gambar dan menambah kepekaan pada silau. Lensa terus menguning
sehingga memicu gangguan lebih lanjut dalam perbedaan warna. Jumlah individu
yang menderita katarak –daerah kabur pada lensa sehingga membuat penglihatan
menjadi kaburdan bila tidak di operasi akan menyebabkan kebutaan-meningkat
sepuluh kali lipat dari masa dewasa pertengahan hingga masa dewasa akhir.,
menyerang 25% orang di usia 70-an dan 50% diusia 80an.[5]
·
Pendengaran
Berkurangnya
suplai darah dan kemampuan sel alami pada telinga bagian dalam dan korteks
pendengaran, bersama dengan mengerasnya membran (seperti gendang telinga)
menyebabkan menurunnya kemampuan mendengar di masa dewasa akhir. 40% lansia menderita
kehilangan pendengaran, sering kali
disebabakan oleh press-bycusis, penurunan dalam kemampuan suara yang bernada tinggi
yang berkaitan dengan usia. press-bycusis membuat sulit untuk mendengar apa yng
dikatakan orang lain, terutama apabila ada suara lain dari radio atau televisi
atau beberapa orang berbicara bersamaan. Penyebab lain dari kehilangan
pendengaran adalah keterpaparan parah dari suara tinggi, rokok, sejarah infeksi
telinga tengah, dan keterpaparan parah terhadap bahan kimia tertentu dalam
jangka yang lama.[6]
·
Rasa
dan Bau
Menurunnya
kepekaan terhadap empat rasa utama, manis, asin, asam, dan pahit terlihat jelas
pada banyak orang dewasa yang melewati usia 60 tahun. Menurunnya kepekaan rasa
ini mungkin disebabkan oleh faktor penuaan, selain itu juga bisa disebabkan
kebiasaan merokok, gigi palsu, obat-obatan.
Kehilangan
indra ini dapat merupakan bagian normal dari penuaan., tetapi dapat juga
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit dan obat-obatan, oleh pembedahan , atau
keterpaparan terhadap materi beracun. [7]
· Sentuhan
Setelah
usia 70 tahun, hampir semua lansia mengalami penerunan persepsi sentuhan pada
tangan, khususnya ujung jari, yang diyakini karena hilangnya reseptor sentuhan
dalam daerah-daerah tertentu kulit dan melambatnya sirkulasi darah pada kaki
dan tangan.[8]
3.
Sistem kardiovastuler dan pernafasan
Jantung
kurang kuat dalam memompa, laju denyut jantung maksimum meningkat, aliran darah
keseluruh sistem peredaran darah melambat. Hal ini berarti bahwa tidak cukup
oksigen dialirkan pada jaringan tubuh selama aktifitas fisik tinggi.
Perubahan
dalam sistem pernafasan menambah dampak berkurangnya pengoksigenan. Oleh karena
itu jaringan paru-paru secara perlahan kehilangan elastisitasnya, kapasitas
vital berkurang hingga separuh antara usia 25 dan 80 tahun.
4.
Sitem Imun
Sistem
imun mengalami mal fungsi dengan beralih menyerang jaringan tubuh normal dalam
sebuah respon autoimun. Sistem imun yang kurang baik bisa meningkatkan resiko
orang lensia terserang berbagai penyakit. Orang dewasa usia tua memiliki
tingkat imun kekebalan yang berbeda-beda. [9]
C.
Perubahan Kemampuan Mental pada Usia Lanjut
Hasil studi para psikolog telah
memperkuat kepercayaan yang populer dalam masyarakat, bahwa dengan
kecenderungan tentang menurunya berbagai hal, secara otomaatis akan timbul
kemunduran kemampuan mental. Para ilmuan dan penelitian ilmiah berusaha
mengukur apa yang dinamakan kemunduran mental, yang menurut dugaan kemunduran
mental terjadi sejak awal usia lanjut. Penelitian ilmiah tersebut juga mencoba
mencari perbedaan perubahan mental bagi
setiap individu yang secara kronologis mempunyai persamaan usia tetapi
mempunyai perbedaan intelektual.
1. Penyebab perubahan
dalam kemampuan mental
Pada masa lalu diduga bahwa
kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik.
menurunya kondisi fisik yang menunjang terjadinya kerusakan mental telah ditunjukan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks
pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir, mempelajari
bahan baru, menghapal, mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeleuarkaan
energi intelektual. Pada pihak lain beberapa kondisi phatologis seperti tekanan
darah tinggi, mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut
meskipun menurut Wilkie dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan semacam itu bukan
merupakan bagian dari proses ketuaan yang normal.
Langkahnya perangsang dari
lingkungan juga memepengaruhi kecepatan tingakt penurunan kemampuan mental.
Dalam hal seperti belajar aspek motorik, kelanjutan dari latihan yang dilakukan
selama bertahun-tahun akan memeperlambat kecepatan tingkat penurunan mental.
Mereka yang terus bekerja sampai akhir masa hidupnya memiliki otak yang lebih
normal dibanding dengan yang nganggur.
Dan kelemahan secra menyeluruh yang
diakibatkan oleh menuruny kemampuan intelektual terutama disebabkan oleh
pendengaran yang buruk. Dan ketika lansia terganggu pendengaranya sehingga
gagal menangkap yang dibicarakan mereka akan berkata bahwa kesadaran mentalnya
sudah berubah tidak sperti dulu lagi.
2. Variasi perubahan
mental
Seperti penurunan pada aspek
lainya, penurunan mental stiap individu berbeda. Tidak ada usia tertentu
sebagai awal mula terjadinya penurunan mental dan pola khusus dalam penurunan
mental untuk semua orang lanjut usia.
Secara umum, mereka yang memiliki
pengalaman intelektual lebih tinggi secara relatif penurunan dalam efisiensi
mental kurang dibanding mereka yang pengalaman intelektualnya rendah. Di
samping ada perbedaan dalam tingkat penurunan mental diantara individu dalam
usia kronologis yang sma , pada individu yang sama juga terjadi perbedaan
tingkat penurunan kemampuan mental yang berbeda.[10]
D. Perubahan
Minat Pada Usia Lanjut
1. Minat pribadi
a. Minat dalam diri sendiri
Orang menjadi semakin dikuasai oleh
dirinya sendiri apabila semakin tua. Orang mungkin menjadi sangat berorientasi
pada egonya (egocentric) dan pada dirinya (self centred) dimana mereka lebih
berpikir dirinya dari pada orang lain dan kurang memperhatikan keinginan dan
kehendak orang lain.
b. Minat pada penampilan
Walaupun beberapa orang berusia
lanjut menganggap penting penampilan mereka seperti dulu dilakukan, tetapi
banyak juga yang menunjukan sikap tidak perduli terhadap penampilannya. Mereka mungkin akan berhenti dalam merawat
pakaian, bahakan mereka tidak ambil pusing dengan perawatan diri. Sebagian da
yang tampak kotor dan jorok dalam penampilan, tetapi umumnya tidak banyak
menggunakan waktu agar penampilanya lebih menarik. Biasanya hal tersebut
dipengaruhi oleh status ekonomi dan lingkungan.
c. Minat terhadap pakaian
Minat terhadap pakaian tergantung
pada sejauh mana orang berusia lanjut terlibat dalam kegiatan sosial. Sebagian
tergantung pada ststus ekonomi , dan sebagian lagi tergantung pada kesadaran
untuk menerima kenyataan bahwa mereka telah lanjut usia sehingga harus
menyesuaikan diri. Beberap orang berusia lanjut ada yang masih terus menggunakan gaya dan model yang biasa mereka
pakai pada masa muda dan madya sehingga menolak untuk menggunakan model masa
kini, walaupun mereka harus memesan secara khusus pada penjahit.
d. Minat terhadap uang
Minat terhadap uang selama usia tua
semakin berkurang , yang biasanya kesaran tentang itu semakin besar sejalan
dengan bertambahnya usia. Pensiunan atau pengangguran mungkin akan menjalani
masa tuanya dengan pendapatan yang kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan sama
sekali, kecuali mereka yang memenuhi syarat untuk memeperoleh dana sosial atau
jaminan kesejahteraan. Masalah seperti ini menjadikan mereka memfokuskan
perhatian pada berbagai usaha untuk memeperoleh uang dan merangsang minat
mereka untuk berusaha keras dalam mencari uang.
2. Minat untuk rekreasi
Pria dan wanita berusia lanjut
cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan rekreasi yang biasa dinikmati pada
masa mudanya, dan mereka hanya akan mengubah minat tersebut kalau betul-betul
diperlukan. Perubahan utama yang terjadi adalah secara bertahap mempersempit
minat dibanding perubahan radikal terhadap pola yang sudah dibentuknya, dan
mengubah minat ke bentuk rekreasi yang bersifat permanen.
Kegiatan rekreasi yang biasa
dilakukan pada usia lanjut diantaranya: membaca, menulis surat, mendengar
radio, menonton TV, berkunjung ke rumah teman atau saudara, menjahit, menyulam,
berkebun, piknik, jalan-jalan, bermain kartu, pergi ke gedung film, turut serta
dalam kegiatan kewarganegaraan, organisasi , politik atau keagamaan.
3. Minat dalam sosial
Dalam
bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita karena
jumlah kegiatan sosial yang dilakukanya semakin berkurang. Hal ini lazim
diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan (social
disengagement) , yaitu suatu proses pengunduran diri secara timbal balik
pada masa lanjut usia dari lingkungan sosial.
4. Minat terhadap keagamaan
Walaupun
terdapat kepercayaan yang populer dalam masyarakat yang mengatakan bahwa orang
tertarik pada kegiatan keagamaan pada saat kehidupanya hampir selesai, akan
tetapi bukti-bukti yang menunjang kepercayaan seperti ini sangat sedikit.
Sementara orang berusia lanjut menjadi lebih tertarik pada kegiatan keagamaan
karena hari kematiannya semakin dekat, atau mereka tidak mampu, tetapi pada
umumnya mereka tidak harus tertarik pada kegiatan keagamaan karena kegiatan tersebut dapat menciptakan
minat baru atau merupakan titik perhatian baru.
Beberapa
pengaruh umum dari perubahan keagamaan selama usia lanjut:
o Toleransi keagamaan, dengan meningkatnya
usia seseorang tidak sulit mengikuti dogma-dogma agama dan melakukan kunjungan
ke gereja, pendeta atau ke orang-orang yang berbeda kepercayaan.
o Keyakinan keagamaan, perubahan keyakinan
pada usia lanjut umumnya dalam pengarahan menerima keyakinan tradisional
dikaitkan dengan kepercayaan sseorang.
o Ibadat keagamaan, menurunya kehadiran
dalam kegiatan di gereja pada usia lanjut karena tidak ada minat adalah lebih
sedikit dibanding faktor lain sperti sakit tidak ada transportasi, tidak
memiliki pakaian yang sesuai, atau malu karena tidak mampu menyumbang uang.
5. Minat terhadap mati
Semakin
lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik pada
kehidupan akherat dan lebih mementingkan tentang kematian itu sendiriri serta
kematianya. Pendapat semacam ini benar, khususnya bagi orang yang kondisi fisik
dan mentalnya semakin memburuk. Pada waktu kesehatanya memburuk, mereka
cenderung berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh
perasaan seperti itu. Hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat
orang muda yang menganggap kematian bagi mereka tampaknya masih jauh dan karena
itu mereka kurang memikirkan kematian.
Apabila keinginan terhadap kematian berubah dari tertarik
terhadap kehidupan setelah mati, yang merupakan ciri-ciri orang yang masih muda,
menjadi kematian diri seseorang, sebagai ciri-ciri orang yang telah tua,
penelitian itu menunjukan bahwa keinginan tersebut ada dalam berbagai
bentuk. Ada 5 pertanyaan yang hampir
selalu ditanyakan oleh orang berusia lanjut
terhadap diri mereka sendiri atau yang ditanyakn kepada orang lain pada
suatu kesempatan lainnya tentang kematian. Pertanyaan tersebut adalah :
“kapan saya akan
mati?”
“apakah yang
menyebabkan kematian saya?”
“apakah yang
dapat saya lakukan terhadap kematian seperti yang saya inginkan ?”
“apakah saya
dibenarkan bunuh diri?”
“bagaimana saya dapat
mati dengan baik?”[11]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Tugas
Perkembangan pada Masa Lanjut Usia
1.
Penyesuaian
terhadap kekuatan fisik yang menurun
2.
Menyesuaikan
diri dengan kematian teman hidup, menemukan relasi dengan teman kelompok sebaya
3.
kewajiban-kewajiban
sosial dan warga negara
4.
Penyesuaian
dengan gaji yang berkurang dan keadaan pensiun
5.
Merealisasikan
keadaan hidup fisik yang sesuai.[12]
Adanya
penyesuaian diri terhadap perubahan fisik baik itu pada sistem saraf, sistem
sensoris, sistem kardiovaskuler dan pernafasan dan sistem imun.
Secara
umum, mereka yang memiliki pengalaman intelektual lebih tinggi secara relatif
penurunan dalam efisiensi mental kurang dibanding mereka yang pengalaman
intelektualnya rendah. Di samping ada perbedaan dalam tingkat penurunan mental
diantara individu dalam usia kronologis yang sma , pada individu yang sama juga
terjadi perbedaan tingkat penurunan kemampuan mental yang berbeda.[13]
Adanya
perubahan minat pada usia lanjut, yaitu baik minat pribadi, minat untuk
rekreasi, minat sosial, minat keagamaan dan minat mati.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Alex
sobur. Psikologi Umum; dalam lintasan sejarah. 2003. Bandung:Pustaka
Setia
Diane
E. Papalia et al, Human development; psikologi perkembangan.
2008. Jakarta: Kencana
Elizabeth
B. Harlock. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. 2002. Jakarta:Erlangga
Laura
E. Berk, Live span development; dari masa dewasa awal sampai menjelang ajal.
2012. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
[2] Elizabeth
B. Harlock ,Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. (Jakarta:Erlangga 2002) .hal:382
[4] Laura
E. Berk, Live span development;dari masa dewasa awal sampai menjelang
ajal.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2012.), hlm. 194
[6] Diane E. Papalia et al, Human
development;psikologi perkembangan.(Jakarta: Kencana. 2008). Hal: 862
[7] Ibid hal 862
[8]laura E berk, opcit. hal:
199