AYAT-AYAT TENTANG KISAH DAN SEJARAH DALAM AL-QUR'AN


A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Di dalam Al-Qur’an terkandung pokok pembahasan yaitu mengenai aqidah, ibadah, akhlak, janji ancaman serta kisah dan sejarah. Al-Qur’an menganjurkan untuk mempelajari sejarah secara menyeluruh. Tidak hanya mempelajari pertumbuhan dan kemajuannya, tapi juga mampu mengahayati kisah-kisah pada zaman dahulu serta mampu mengambil hikmahnya.
Al-Qur’an banyak berbicara tentang manusia dan bangsa, didalamnya menyebutkan betapa bangsa demi bangsa telah bangkit dan hancur, hanya mereka yang beriman kepada Allah sajalah yang mendapatkan sukses besar. Sedangkan mereka yang tidak beriman kepada Allah dan mengingkari petunjuk-Nya mengalami kehancuran.
Nabi Muhammad SAW telah meletakkan pola baru bagi studi sejarah manusia. Berkat beliau, kisah umat masa lalu itu bukan kisah, juga bukan rekaman cemerlang dari kemajuan yang telah mereka capai, melainkan kisah yang serius dan menyedihkan tentang kegagalan manusia. Amat disayangkan bahwa umat terdahulu tidak pernah mempelajari contoh pelajaran dari kesalahan umat yang mengalami keruntuhan yang ia gantikan.
Seharusnya hal ini menjadi petunjuk yang besar. Menurut hukum Allah, keruntuhan suatu umat terjadi bila ia lalai dalam mempelajari fakta sejarah orang-orang terdahulu dan puing kehancurannya bahkan ia berusaha menggelapkan sejarah itu.
2.      Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian kisah dan sejarah?
b.      Bagaimana hukum-hukum  sejarah dalam Al-Qur’an?
c.       Bagaimana ayat-ayat tentang kisah dan sejarah dalam Al-Qur’an?
d.      Bagaimana tujuan kisah dan sejarah bagi kehidupan manusia?
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian kisah dan sejarah
Istilah sejarah adalah terjemahan dari kata tarikh (bahasa arab) dan history (bahasa inggris). Semua kata tersebut berasal dari bahasa yunani yaitu istoria yang berarti ilmu. Istoria digunakan untuk penjelasan mengenai gejala-gejala manusia dalam urutan kronologis.[1] Sedangkan secara terminologi menurut Al-Maqrizi membatasi sejarah ia memberikan informasi tentang sesuatu yang pernah terjadi di dunia.
Definisi sejarah lebih umum adalah semasa lampau manusia, baik yang berhubungan dengan peristiwa politik, sosial, ekonomi, maupun gejala alam. Definisi ini memberi pengertian bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia W.J.S Poerwadinata mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu.
2.      Hukum-hukum sejarah dalam Al-Qur’an
Penuturan kisah-kisah dalam Al-Qur’an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia, khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentauhidkan Allah SWT. Karena itu ditegaskan Allah SWT.
 (QS. Al-A’raf : 176 ) فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُون........
            Artinya: Maka kisahkanlah kisah-kisah agar mereka berfikir.
Jika kita telaah secara lebih jauh, kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat muatan kisah-kisah turun saat Nabi Muhammad SAW di kota Makkah (periode Makkiyyah). Seperti dimaklumi, periode tersebut prioritas dakwah Rasulullah lebih banyak diarahkan pada penanaman aqidah tauhid. Hal ini memberikan isyarat bahwa, kisah-kisah sangat berpengaruh bagi upaya untuk mendidik seseorang yang awalnya belum memiliki keyakinan tauhid menjadi hamba Allah yang bertauhid.
Selain itu, pada periode Makkah Nabi Muhammad SAW juga banyak mengadakan upaya penanaman akhlaq al-karimah dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat jahiliyyah yang berperilaku tidak baik. Pemberian contoh kisah-kisah umat terdahulu beserta akibat yang dialami bagi orang yang menentang perintah Allah serta berperilaku tidak baik secara tidak langsung mengetuk hati orang yang merenungkan hikmah di balik kisah tersebut. Kisah menjadi sarana yang lembut untuk merubah kesalahan dan kekufuran suatu komunitas masyarakat, dengan tidak secara langsung menyalahkan atau menggurui mereka. [2]
3.      Ayat-ayat tentang kisah dan sejarah dalam Al-Qur’an
a.    QS at-Thaaha ayat 99
 (QS. At-Thaaha: 99) كَذَلِكَ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَآءِ مَا قَدْ سَبَقَ وَقَدْ آتَيْنَاكَ مِنْ لَدُنَّا ذِكْرًا
Artinya: Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah (umat) yang telah lalu, dan sungguh, telah kami berikan kepadamu suatu peringatan (Al-Qur’an) dari sisi kami.
1)    Tafsir
Pada ayat ini, Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa kisah-kisah  yang diberitakan pada ayat-ayat yang lalu seperti kisah Musa bersama Fir’aun dan Samiri itu, demikian pula kisah nabi-nabi sebelumnya patut menjadi contoh teladan baginya dalam menghadapi kaumnya yang sangat ingkar dan durhaka. Karena memang demikianlah keadaan setiap Rasul walaupun telah diturunkan kepadanya kitab-kitab dan mukjizat-mukjizat untuk menyatakan kebenaran dakwahnya namun kaumnya tetap juga ingkar dan berusaha sekuat tenaga menentang seruannya dan tetap memusuhi bahkan ingin membunuhnya untuk melenyapkannya sehingga tidak terdengar lagi suara kebenaran yang disampaikannya.
Sebagaimana Allah telah menurunkan Kitab Zabur kepada Nabi  Daud as. Taurot kepada Nabi Musa as, dan Injil kepada Nabi Isa as, Allah telah menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammmad,  Kitab yang patut mereka terima dengan baik kerena ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya adalah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat. Al-Qur’an adalah Kitab suci yang lengkap mengandung berbagai pedoman tentang hukum-hukum, pergaulan, ekonomi, akhak dan sebagainya. Selain itu Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Nabi. Tiada seorangpun sanggup menandingi keindahan bahasanya dan ketinggian sastranya. Oleh sebab itu hendaklah nabi bersabar dan jangan sekali-kali berputus asa atau bersedih hati, tetap berjuang sampai tercapai kemenangan dan semua kebatilan lenyap dari muka bumi, tidak ada yang patut di sembah kecuali Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.[3]  
2)    Munasabah
Pada ayat yang lalu Allah telah menerangkan kisah Nabi Musa as bersama Fir’aun dan Samiri, dua pemimpin yang kafir dan durhaka, ini merupakan pengalaman pahit yang biasa diderita oleh setiap rasul dan orang-orang yang berusaha menegakkan kebenaran dan meninggikan kalimah Allah. Maka pada ayat-ayat ini Allah menerangkan kepada Nabi Muhammad SAW kisah para nabi sebelumnya sebagai peringatan bagi umat manusia dan hiburan yang bisa melenyapkan kesedihan yang bersemi dalam hati Nabi karena sikap kaumnya yang tetap saja ingkar dan tidak mau menerima petunjuk-petunjuk Allah yang telah disampaikannya, ditambah lagi dengan penganiayaan dan cemoohan yang dilontarkan mereka atas dirinya. Jadi apa yang diderita oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah-Nya telah dirasakan pula oleh nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya.[4]
3)    Asbabul Nuzul
b.    QS ar-Rum ayat 42
(QS. Ar-Rum: 42) قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
Artinya:  Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
1)   Tasir
Dalam ayat ini, Allah meminta Nabi Muhammad menyampaikan kepada kaum musyrikin Mekah untuk melakukan perjalanan kemana pun di bumi ini guna menyaksikan bagaimana kehancuran yang dialami umat-umat yang ingkar pada masa lampau. Mereka itu hanya tinggal puing-puing atau nama-nama tanpa bekas. Hal itu, hendaknya dijadikan pelajaran bagi mereka bahwa Allah dapat saja membinasakan mereka, bila tetap kafir.
Perintah itu juga berlaku terhadap siapapun setelah mereka sampai akhir zaman. Bila mereka ragu tentang kebenaran Islam, silahkan mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri puing-puing itu atau meneliti peninggalan-peninggalan sejarah mereka. Umat-umat itu binasa karena keingkaran mereka kepada Allah, dan berbuat onar terhadap sesama manusia dan lingkungan. Kehancuran itu adalah akibat dampak buruk perbuatan mereka sendiri. [5]
2)   Munasabah
Ayat ini bermunasabah dengan surat Ar-Rum: 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa manusia tetap saja menyekutukan Allah padahal Dialah yang menciptakan, memberi rezeki, mewafatkan dan menghidupkan mereka kembali di akhirat. Karena paham syirik itu, merekapun melakukan perbuatan yang dilarang, seperti memungut riba. Pada ayat-ayat berikut ini diterangkan bahwa kerusakan di darat dan di laut diakibatkan oleh ulah tangan orang-orang musyrik, kafir dan muslim yang tidak sadar bahwa alam semesta adalah juga milik Allah yang harus dijaga dan dipelihara seperti diri sendiri. [6]
3)   Asbabul Nuzul
c.    QS Yusuf ayat 111
1)   Tafsir
2)   Munasabah
3)   Asbabul Nuzul
d.   QS Ali Imran ayat 137
1)   Tafsir
2)   Munasabah
3)   Asbabul Nuzul
4.       Tujuan  kisah bagi kehidupan manusia
Kisah-kisah dalam AlQur’an memiliki maksud dan tujuan yang bisa diambil manfaat dan faidahnya oleh umat Islam khususnya serta seluruh umat manusia pada umumnya. Di antara tujuan dari kisah kisah Al-Qur’an tersebut adalah :
a.                   Penjelasan atas ajaran Tauhid sebagai Platform para Nabi dan Rasul.
Sungguh pun kisah-kisah itu nampak sebagai sebuah cerita masa lalu, namun dalam Al-Qur’an tak pernah terlepas dari upaya memantapkan dan meneguhkan aqidah tauhid yang telah diwahyukan kepada para nabi dan rasul terdahulu. Hal ini selaras dengan firman Allah SWT. QS.Al-Anbiya’ : 25 :
و َ مَا أَر ْ سَلْنَا مِن قَبْلِك َ مِن رَّ سُول ٍ إِلا َّ نُوح ِ ي إِلَیْھِ أَنَّ ھُ لا َ إِلَھَ إِلا َّ أَنَا فَاع ْ بُدُون ِ   
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Aku, maka sembahlah kalian kepada-Ku”.
 Penjelasan ini sekaligus menguatkan akan mata rantai ajaran tauhid yang dibawa Rasulullah SAW dengan para Nabi dan Rasul Allah yang terdahulu.Dengan demikian, ajaran tauhid merupakan platform yang menjadi ajaran utama para Nabi dan Rasul sejak Nabi Adam AS hingga Rasulullah SAW. Salah satu faktor yang menjadikan bangsa Arab pada masa Nabi Muhammad SAW tidak beriman adalah keragu- raguan atas ajaran Nabi yang berbeda dengan para Nabi sebelumnya. Begitu pula keengganan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) untuk mengimani Nabi Muhammad saw juga . Karena itu, kisah-Kisah dalam Al-Qur’an ini bisa menghidupkan memori atas kebenaran para Nabi dan rasul terdahului yang wajib diyakini dan dipercaya sebagai utusan Allah swt. Bahkan dalam kisah-kisah tersebut juga bisa dilihat jejak-jejak yang diringgalkan serta pelajaran yang telah diwariskan mereka.[7]
b.       Menguatkan dan Meneguhkan hati Rasulullah SAW



[1]Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT  Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 137 
[2] Hami Naqrah, Sikolujiyyah al-Qishshah fi al-Qur’an,( Jami’ah al-Jazair :Risalah Dukturah, 1971), hlm. 85
[3] Kementerian Agama RI,Al-Qur’an dan Tafsirannya jilid VI,(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 191
[4] Kementerian Agama RI,Al-Qur’an dan Tafsirannya jilid VI, hlm. 190-191
[5] Kementerian Agama RI,Al-Qur’an dan Tafsirannya jilid VII,(Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 516
[6] Kementerian Agama RI,Al-Qur’an dan Tafsirannya jilid VII, hlm. 513-514
[7]Sa’id Yusuf Abu Aziz, Qshash al-Qur’an : Durus wa ‘Ibar, Dar al-Fajr li al-turats, Kairo, 1999, hal. 7-8

Post a Comment

0 Comments
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin

News

iklan banner