Abu Bakar As-Shiddiq dalam Perspective Akhlak


Ø  Lahirnya Abu Bakar As-Shiddiq
Abu Bakar As-shiddiq adalah orang yang paling awal memeluk agama islam (Assabiqunal Awwalun), sahabat Rasulullah SAW dan juga khalifah pertama yang dibaiat (ditunjuk) oleh umat islam. Beliau lahir bersamaan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad pada 572 Masehi di Mekah, berasal dari keturunan Bani Tamim, suku Quraisy. Nama aslinya adalah Abdullah ibni Abi Quhafah. (http://kolom-biografi.blogspot.com).
Ø  Awal kehidupan Abu bakar As-shiddiq
Abu Bakar As-shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya senbagai orang yang bisa menafsirkan mimpi. (http://id.wikipedia.org).
Ø  Keutamaannya
Abu bakar as-shiddiq adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. Ia seorang yang kaya harta, pengaruhnya besar dan memiliki akhlak yang mulia. Dari sebelum datangnya agama islam, ia sudah menjadi kawan akrab Muhammad SAW. Oleh karenanya sifat dan tabiatnya mirip dengan Muhammad SAW.
Belum pernah ada orang yang menyaksikan dia meminum arak atau menyembah berhala. Dia juga tidak pernah berdusta. Oleh karena itu tidak heranlah bila dia berkawan erat dengan Muhammad SAW. Usianya pun hamper sama dengan Rasul. Begitu pula dalam kemulian, profesi dan keturunan, sehingga tidak heran bila dia menjadi khalifah pertama sesudah Rasulullah wafat. (Abdullatif Ahmad ‘Aasyur. 10 Orang Dijamin Ke Surga hal.19)
Ø  Rahasia Kebesarannya
Nabi SAW selalu mengutamakan Abu BAkar r.a daripada sahabat-sahabat yang lain, sehingga tampak menonjol ditengah-tengah orang lain. Dari besarnya perhatian Rasulullah kepadanya, orang sudah bisa meramalkan dia akan menjadi khalifah yang sukses dalam setiap sikap dan pendirian dalan menghadapi tantangan kehidupan ini. Dia telah dapat meraih ketinggian budi dan kesempurnaan iman. Hal ini disaksikan sendiri oleh Rasullullah SAW dalam sabdanya “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat akan lebih berat keimanan Abu bakar.” (HR. Al Baihaqi dalam Asy-syib).
Ø  Abu Bakar Masuk Islam
Abu bakar as-shiddiq bisa dinilai sukses dalam dunia perdagangan. Dia hidup terhormat layaknya Khadijan binti Khualid istri Rasulullah yang juga “Ibu” kaum muslimin.
Dari jalur perdagangan itulah dia mulai mengenal Muhammad bin Abdullah. Dia juga mengetahui sifat-sifat Muhammad yang terpuji, berbudi luhur dan bersih. Wahyu turun kepada Muhammad bin Abdullah, beliau diutus nebjadi Nabi untuk memberikan petunjuk kepada semua manusia dan dipilih menjadi Rasul yang menyebarkan risalah Ketuhanan. Dari sini, Rasulullah teringat akan sahabat karibnya itu adalah sosok orang yang cerdas dan berwawasan luas.
Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk islam setelah diajak oleh Nabi. Abu bakar kemudian mendakwahkan ajaran islam kepada Ustman bin Affan, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam islam lainnya.
Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima islam sebagai agama sehingga Abu bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman menjadi muslimah. Juga semua anaknya kecuali ‘Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan ‘Abd Rahman berpisah.
Ø  Keimanannya Tanpa Ragu
Awalnya Abu bakar masuk islam adalah ketika ia bertemu dengan Rasulullah SAW. Ia bertanya, “Ya Muhammad, apakah benat apa yang dituduhkan kaum quraisy terhadapmu bahwa kamu meninggalkan tuhan-tuhan kita, merendahkan akal pikiran kita dan mengkufuri ajaran-ajaran nenek moyang kita?.”
Muhammad menjawab. “Ya benar! Sesungguhnya Aku ini Rasul Allah dan Nabi-Nya. Allah mengutus aku untuk menyapaikan risalah-Nya dan mengajakmu kepada Allah yang benar. Demi Allah, itu adalah haq. Aku mengajakmu, hai Abu bakar kepada Allah Yang ESA, tunggal, tidak sekutu bagi-Nya. Janganlah kamu menyembah selain Allah dan patuh serta taatlah kepada-Nya.” (Abdullatif Ahmad ‘Aasyuri. 10 Orang Dijamin Ke Surga hal.22)
Ø  Peranan Abu Bakar dalam Pelestarian Al-Qur’an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks Al-Qur’an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal al-qur’an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari al-qur’an. Oleh sebuah tim yang diketahui oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-qur’an dari para penghafal al-qur’an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya. Setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. Setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khattab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Ustman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-qur’an yang dikenal saat ini. (http://id.wikipedia.org)
Ø  Sikapnya Yang Mencerminkan Kekuatan Iman
Setelah peristiwa Isra Mi’raj, orang-orang yang mendustakannya mendatangi Abu Bakar seraya berkata, “Apakah kamu mendengar apa yang diceritakan kawanmu?”
Abu Bakar spontan menjawab tanpa ragu, “Demi Allah, kalau memang itu yang diucapkannya pasti benar. Dia (Muhammad) memberitahu aku bahwa berita-berita langit sampai ke bumi hanya dalam waktu satu jam, malam atau siang dan aku mempercayainya, sedangkan itu lebih aneh dari yang kalian herankan.”
Ø  Sifat-sifat Tingkah Lakunya
Abu bakar adalah seorang manusia yang rendah hati, lemah lembut dan tidak pernah berlaku angkuh, apalagi bertindak sewenag-wenang baik semasa jaman jahiliyah maupun sesudah dia masuk islam, lebih-lebih sesudah dia menjadi khalifah.
Dialah orang muslim pertama yang membebaskan budak. Dia juga merupakan khalifah Rasulullah yang pertama dan orang pertama dari kesepuluh orang “Almubasyirin bil Jannah”. (Abdullatif Ahmad ‘Aasyuri. 10 Orang Dijamin Ke Surga hal.31).
Ø  Wasiat Abu Bakar As-shiddiq Kepada Umar Ra
Pesan-pesan berharga yang pernah diucapkan beliau kepada Umar Ra semasa hidupnya dalam dekade dan priode yang berjiwa kenabian akan kami paparkan dibawah.
“Aku menunjuk Kau sebagai khalifah sesudahku dan berpesan padamu agar bertaqwa kepada Allah. Bagi Allah, ada amalan yang harus dikerjakan malam hari yang tidak dapat diterimanya pada siang hari dan ada pula amal perbuatan yang harus dikerjakan pada siang hari yang tidak dapat diterimanya pada malam hari. Allah tidak akan menerima amalan tambahan (nafilah) sehingga dikerjakan yang wajib. Orang-orang yang berat timbangan amal kebajikannya dihari kiamat nanti adalah mereka yang mengikuti kebenaran didunia. Tapi orang yang selama didunia condong dan mengikuti kebatilan maka timbangan kebajikannya akan ringan. Allah memanggil ahli surga dengan menyebut perbuatan mereka yang terbaik dan membatasi amal mereka yang buruk. Kalau aku ingat mereka, aku berkata : “aku takut menjadi serupa dengan mereka”. Dan Allah memanggil ahli neraka dengan perbuatan mereka yang paling keji. Bila aku mengingat, aku berkata : “Aku berharap tidak menjadi serupa mereka”. Allah menyebut ayat rahmat bersamaan dengan ayat azab dan siksa agar manusia tertarik untuk mengikuti, terancam lalu menjauhi kebatilan.” (Abdullatif Ahmad ‘Aasyuri. 10 Orang Dijamin Ke Surga hal.36)
Ø  Jasa Terbesar
Abu bakar as-shiddiq telah meninggalkan sebuah warisan yang sangat bernilai. Keagungan, amal saleh dan peninggalan-peninggalan yang bermakna dalam membangun imperium islam.
Hanya dalam rentang waktu tidak lebih dari dua tahun beberapa bulan, dia mampu mengembalikan persatuan Bangsa Arab dibawah bendera islam. Islam telah melebarkan sayap penyebarannya ke seluruh penjuru sampai menguasai hamper seperempat dunia ini.
Peninggalan terbesar Abu Bakar As-shiddiq adalah dia telah mampu menghimpun al-qur’an dimasa pemerintahannya. (Hilmi ‘Ali Sya’ban. Teladan Para Sahabat hal.142).
Ø  Pujian Siti Aisyah Ra Terhadap Kebaikan Abu Bakar Ra
Setelah Abu bakar Ra wafat, maka Siti Aisyah berdiri dekat kuburannya dan berkata, “Allah menyinari wajahmu dan mensyukuri amal usahamu yang shaleh. Engkau merendahkan dunia dengan hidup membelakanginya dan engkau memuliakan akhirat dengan hidup menghadapnya. Bencana paling besar sesudah wafatnya Rasulullah adalah kematianmu dan musibah terbesar adalah kepergianmu. Kitabulah (Al-qur’an) menjanjikan sebaik-baik hiburan bagimu dan sebaik-baik pengganti dari kamu. Aku akan memohon janji Allah dengan limpahan kesabaran dan dengan ikhlas aku akan memohon pengampunan bagimu.”
Ø  Wafatnya Abu Bakar
Ketika kaum muslimin sedang bersiap untuk terjun dalam perang Yarmuk, khalifah Abu Bakar As-shiddiq mengalami sakit keras. Dia hanya bisa duduk diatas kursinya, tidak bisa berjalan ataupun berdiri. Kondisi itu berlangsung selama lima belas hari. Selama itu, yang menjadi imam jama’ah shalat adalah Umar bin Khattab sebagai wakil sementaranya.
Asal-usul penyakit Abu Bakar As-shiddiq seperti diriwayatkan Aisyah dari lisan anak Abu Bakar, ‘Abd Rahman adalah : Dia pernah mandi diwaktu cuaca sangat dingin menusuk tulang. Karena itu, dia terserang penyakit demam dan hanya bisa berdiam diri dirumah.
Setelah sakit, dia tidak pernah absen memikirkan Ihwal kaum muslimin. Bagaimana nasib umat islam setelah dia wafat. (Hilmi ‘Ali Sya’ban. Teladan Para Sahabat hal.134)
Abu bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah didekat Masjid Nabawi, disampinh makam Nabi Muhammad. (http://id.wikipedia.org).

Daftar Pustaka
1.      Ahmad ‘Aasyuri Abdullatif, 10 Orang Dijamin Ke Surga, 2002.
2.      ‘Ali Sya’ban Hilmi, Teladan Para Sahabat, 2007.

Post a Comment

0 Comments
* Mohon Jangan Spam Disini. Semua Komentar ditinjau oleh Admin

News

iklan banner