Dalam bukunya Jujun S Suriasumatri “Ilmu dalam Perspektif”. Menjelaskan
tentang permulaan ilmu di hadirkan pada permulaan manusia. Dibuktikan dengan
tingkah manusia purba yang telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat
empiris yang memungkinkan mereka untuk megerti keadaan bumi atau dunia. Usaha
mula – mula di bidang keilmuan yang tercatat di lembarang sejarah dilakukan
oleh bangsa mesir, di mana banjir sungai nil yang terjadi setiap tahun ikut
menyebabkan berkembangnya system almanak, geometri dan kegiatan survey
keberhasilan ini kemudian di ikuti bangsa babylonia dan hindu yang memberi
sumbangan – sumbangan yang berharga meskipun tidak seintensif bangsa mesir.
Setelah itu muncul bangsa yunani yang menitik
beratkan pada pengorganisasian ilmu dimana mereka bukan saja menyumbang perkembangan
ilmu dengan astronomi, kedokteran dan system klasifikasi Aristoteles, namun
juga silogisme yang menjadi dasar bagi penjabaran secara deduktif pengalaman –
pengalaman manusia.
Pendekatan silogistik adalah satu – satunya metode
yang efektif dalam cara berfikir secara sistematis dalam zaman yunani dan
Romawi sampai pada massa Galileo dan Renaissance. Berfikir silogisme terdapat
di abad pertengahan. Disinilah tujuan dari Review buku ini untuk mengetahui
secara mendalam tentang pendekatan, dan metode yang efektif dalam mencari
pengetahuan. Guna menyelesaikan tugas akhir semester, yang berupa Review salah
satu artikel yang tertera di buku Jujun S Suriasumatri, dan buku dari
kuntowijoyo yang berjudul ”MUSLIM TANPA
MASJID”
a. Pendekatan
Induktif – Deduktif
Pendekatan ini berawal dari metode Bacon yang di
gantikan oleh metode induktif – deduktif yang di pelopori oleh Charles Darwin
yang mengaitkan antara metode deduktif Aristoteles dengan metode induksi dari
bacon yang mengaitkan antara dua metode tersebut. Yang mana induksi menitik
beratkan pengamatan kepada hipotesis, sedangkan deduksi hipotesis dihubungkan
dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya.[1]
Pendekatan ini merupakan esensi dari metode keilmuan
modern dan menandai kemajuan terakhir dari manusia dalam menjabarkan ilmu yang bersifat
empiris. Adapun beberapa metode untuk mencari pengetahuan.
b. METODE
DALAM MENCARI PENGETAHUAN : RASIONALISME, EMPIRISME.
v Rasionalisme
Rasionalisme memulai dengan suatu pernyataan yang
sudah pasti. Aksioma dasarlah yang di pakai untuk membangun system pemikirannya
yang di turunkan dari idea yang jelas, tegas dan, pasti dalam pikiran manusia.
Pikiran manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui idea tersebut, namun
manusia tidak mempelajarinya lewat pengalaman. Maka di butuhkanlah pemikiran
yang menalar. Kaum rasionalisme berdalil, bahwa pemikiran dapat memahami
prinsip dan prinsip itu harus ada : artinya, prinsip harus benar dan nyata. [2]
Plato memberikan gambaran klasik
dari rasionalisme. Dalam sebuah dialog yang di sebut memo, dia berdalil, bahwa
untuk mempelajari sesuatu seseorang harus menemukan kebenaran yang sebelumnya
belum di ketahui. Karena plato juga menyatakan bahwa seseorang tidak dapat
mengatakan apakah suatu pernyataan itu benar kecuali seseorang tersebut sudah
mengetahui bahwa itu semua benar atau kebenaran fakta.
Adapun
beberapa kritik terhadap rasionalisme. Yaitu
1. Pengetahuan
rasional di bentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat dan di raba.
2. Banyak
diantara manusia yang berfikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan kesukaran
yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada maslah kehidupan yang
praktis.
3. Teori
rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia
selama ini.
v Empirisme
Usaha
manusia untuk mencari pengetahuan yang bersifat mutlak dan pasti telah berlangsung
dengan penuh semangat dan terus – menerus walapun begitu, paling tidak sejak
zaman Aristoteles, terdapat tradisi Epistimologi yang kuat untuk mendasarkan
diri kepada pengalaman manusia, dan meninggalkan cita – cita untuk mencari
pengetahuan yang mutlak tersebut. Kaum empiris berdalil bahwa tidak beralasan
untuk mencari pengetahuan yang mutlak dan mencakup semua segi, apa lagi bila di
dekat kita, terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk meningkatkan
pengetahuan manusia. Karena memang pengetahuan manusia di peroleh dari
pengalaman.
Adapun
kritik terhadap Empirisme
1. Empirisme
didasarkan pada pengalaman. Tetapi apakah yang disebut pegalaman itu sendiri.
2. Sebuah
teori yang sangat menitik beratkan pada presepsi pancaindera kiranya melupakan
kenyataan bahwa pancaindera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna.
3. Empirisme
tak memberikan kita kepastian. Apa yang disebut pengetahuan yang mungkin, dalam
pengertian diatas, sebenarnya merupakan pengetahuan yang seluruhnya diragukan
Daftar Rujukan
Sumantri .Jujun
S. “ILMU DALAM PERSPEKTIF”, Jakarta :
gramedia, 1978